Jumat, 12 Oktober 2012

Hidup akan rumit jika hanya di ratapi saja


Kita semua terlahir berbeda yang sebenernya sama. Kita terlahir sebagai pemenang, ALLAH sudah menciptakan kita paling sempurna dibanding makhluk hidup lainnya.

Embrio terbentuk karena adanya fertilisasi, dimana puluhan juta sperma berebut kedudukan menuju indung telur. Tapi hanya satu yang bisa mencapainya, dan yang terbaiklah yang bisa mencapainya.Itu artinya kita memang diciptakan untukjadi yang terbaik.Tapi tergantung kita yang memilih pilihan yang dianggap relevan.

Hidup itu juga bisa dibilang proses, sama halnya senyawa kimia. Dimana suatu saat ada kalanya kita berada dititik uji, titik jenuh, tak jenuh, lewat jenuh dan bereaksi dengan beberapa faktor (luar dan dalam), begitu pula kehidupan kita juga terdapat variabel bebas, terikat, dan terkontrol.

Hidup juga sama dengan makalah, yang dimulai dari daftar isi (qada dan qadar kita), pendahuluan, isi (kehidupankita), dan penutup (kehidupan akhir yang pastinya akan mati).

Ketika mengenal kehidupan…

Terkadang kita masih tak menemukan jati diri, masih tak mengenal dirinya sendiri.
Terkadang di satu kondisi kita dibuang, takdibutuhkan.
Terkadang pula kita dibutuhkan tapi kita tak mau membantu.
Sering kita melihat keatas tapi untuk iri hati.
Sering pula kita melihat kebawah tapi untuk menghina.
Ingin rasanya melihat masa depan tapi tak berusaha. Ingin rasanya kembali kemasa silam tapi sudah terlanjur terjadi.
Kita tahu akan nasehat yang ditujukan kepada kita. Tahu apa yang semestinya dilakukan. Tapi kita sering kali tak bisa melakukan yang seharusnya dilakukan.
Sering kali merasa bahwa kita masih dibagian roda kehidupan yang paling bawah dan ingin menuju kebagian atas. Tapi tak semuanya semudah itu. Terkadang kita sudah merasa pada bagian atas, tapi sulit rasanya mempertahankan agar tetap diposisi atas.
Terlalu sering merasa pada posisi penyesalan. Sering rasanya kita harus pasrah mengikuti takdir yang rasanya sudah takdapatdirubah.
Sering kali muncul hasrat untukberubah ke kehidupan tanpa pasrah. Tapi berbeda kenyataanya…

Hidup penuh derita jika terus diratapi. Dan kita tak mau merubahnya.
Untuk itu temukan jati diri, dan temukan cara untuk bisa menuju dan mempertahankan kehidupan di roda kehidupan yang paling atas.

2 komentar: